Perjalan malam yang mengerikan
7 Agustus 2014 aku menjadi salah satu sangga kerja bidang keamanan Gudep di
salah satu Universitas yang berada di daerah Timur Bandung. Ya aku adalah
Mahasiswa semester akhir di sana. Tugas sebagai kemanan dan koordinator
lapangan adalah mendidik, menerpa, membina para kader secara keras. Bentakan
dan pruit yang aku tiupkan menjadi hal yang ditakuti oleh kader.
Perjalanan dimulai dari saguling menuju DP kedua di cimangsud. Karena adzan
dzuhur terdengar di pertengahan jalan kami membawa kader ke masjid untuk shalat
dan istirahat. Setelah semua selesai dilakukan.
Prit ... prit.. prit ... ! kutiup peluit mereka kumpul berbaris rapih
dihadapanku.
Intruksi yang aku berikan : “istirahat di Mesjid mandala sudah cukup,
saatnya untuk melanjutkan perjalanan, siap deur ? siap deur ?
Kader : SIAP !! suara tegas
Kala itu, aku hanya bertiga, sangga kerja yang lain sibuk dengan urusan
akademik di kampus. Anggota yang tadinya 4 pluton kita ubah menjadi 3 pluton
karena yang tahu jalan hanya tiga orang.
Dalam kegiatan ini, peserta diharuskan menggunakan kemampuan IMPK dengan
menggunakan peta topologi, kompas, doglas dll. Tak heran sebagian peserta
menghabiskan waktu cukup lama untuk tiba di DP kedua (situ cimangsud). Ketika
survey sebelumnya rajamandala – situ cimangsud membutuhkan waktu 6 jam jalan
kaki. Beda halnya dengan jalan bersama para kader, dzuhur star isya masih di
jalan.
Cimangsud daerah yang sepi penduduk untuk pergi ke alfamart atau pasar saja
membutuhkan waktu satu jam setengah menaiki motor karena jarak dan jalannya
yang dipenuhi batu koral, disana hanya tinggal pegawai kebun karet dan coklat.
Jarak rumah ke rumah lain 1 km.
Pluton saya belum sampai di lokasi peristirahatan.
Der siap melakukan perjalan malam ?
Kader : SIAP !
Ok lanjutkan.
Aku ragu dengan hal ini, tapi gengsi untuk menolak mereka. Kitapun
melakukan perjalan walau langit mulai gelap. Tak ada perkampungan dan rumah
disekitar hanya kebun karet, tomat dan pepohonan menjulang tinggi. Suara
jangkrik menghiasi heningnya malam.Sampai di cimangsud, kebun tomat, di kebun
ini aku sedikit khawatir karena sebelumnya ketika survey memotong compas.
Temanku menemukan beberapa kuburan di puncak bukit kebun tomat tersebut. aku berjalan
menghindar dari kuburan dan memipir bukit tersebut mengikuti jalan setapak di
paling depan membawa senter agar tiba lebih cepat.saat kulihat kebelakang tak
ada orang satupun, rupanya jalanku terlalu cepat hingga meninggalkan kader 200
meter didepan mereka.
Deur... deurr... deurr !! panggilan untuk para kader
Bukan suara tegas “SIAP” yang kudengar melainkan cekikikan di kegelapan
malam.aku merasa disapa oleh sesosok makhluk halus yang akrab disapa
k#nt*Lan#k.
Kedua kali ku panggil mereka kembali ,Deur... deurr... deurr !!“ kembali yang
kudengar suara cekikikan. Ketiga kali kupanggil mereka ,Deur... deurr... deurr
!!” suara itu makin jelas dan terasa
dekat di telinga.
Entah suara apa itu sontak membuatku merinding. Bulu kuduku berdiri aku
kaget dan bingung harus bagaimana. Senter kumatikan agar tak melihat sosok
jelas dengan cahaya senter yang kusorotkan dan mulai membaca kalimat shalawat
dan ayat – ayat Al-Qur’an agar hatiku tenang dan tidak gelisah, panik.
Setelah beberapa menit berlalu. Aku menghilangkan rasa takut dengan sedikit
berteriak ,Deur, kalau kalian belum kompak. Kalian tidak akan dipulangkan !” suara
lantangku keluarkan. Barulah muncul mereka satu persatu dihadapanku.
Perjalan malam memang perlu berfikir panjang. Akhirnya pukul 8 malam tiba
di DP dan bermalam di situ cimangsud. Situ yang tak begitu indah karena kini dipenuhi
sampah.Namun terasa hangat karena disampingnya berdiri sebuah mesjid yang
didirikan dua tahun kebelakang.
Beberapa minggu berlalu, tibalah di
DP terakhir lokasinya dekat dengan kampus pada malam sebelum penutupan. Semua
sangga kerja (20 orang) ditambah alumni (7 senior) berkumpul di cigagak daerah
manglayang. Cerita ini kuceritakan kepada mereka, sebagian mereka percaya dan
ada yang mengatakan ini hanya ilusiku semata. Aku tak berani bercerita keras,
hanya berbisik dan hanya berbisik.
0 Response to "Perjalan malam yang mengerikan"
Post a Comment